PSIKOLOGI ABNORMAL
Disusun oleh :
Sri Bulan :
(1610801010)
Syarli fanira :
(1610801009)
Pebriani cahyawati :
(1610801005)
Kurpiatul Laili Jannati : (1610801025)
PROGRAM STUDI
PSIKOLOGI
FAKULTAS EKONOMI, ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2018
KATA
PENGANTAR
Terima kasih atas kehadirat_Nya dimana telah mempermudah kami sekalian dalam
menyelesaikan makalah ini, walaupun begitu jauh dari kata sempurna, namun
terima kasih juga atas kerja sama dari rekan-rekan yang ikut membantu
terselesaikannya makalah ini sampai pada waktunya. semoga dengan makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan pengetahuan yang banyak dan dapat
menghantarkan kesejahteraan dan kebahagiaan didunia maupun diakhirat amin.
Kurang dan lebih dari is makalah kami ini, kami mohon maaf atas segala nya. Dan
terima kasih.
KLASIFIKASI,
ASASMENT DAN DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA
A.
Gangguan jiwa
1. Pengertian
Menurut depkes (2010) adalah suatu perubahan pada
fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa yang menimbulkan
penderitaan pada individu dan hambatan dalam melakasakan peran sosial, menurut
Budiman (2010) gangguan jiwa atau mental illenes
adalah kesuliatan yang harus di hadapi oleh seseorang karena hubungnya dengan
orang lain, kesulitanya karena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya
terhadap diri sendiri, menurut Maramis (2010). Gangguan jiwa adalah gangguan
alam : cara berpikir (kognitif), kemauan, emosi dan tindakan.
Keabnormalan
terlihat dalam berbagai macam gejala, diantaranya : ketegangan, rasa putus asa,
murung, gelisa, cemas, histeria, takut, pikiran-pikiran buruk. Yosep (2009).
Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak sanggup menilai dengan baik
kenyataan, tidak dapat lagi menguasai dirinya untuk mencegah menggangu orang
lain atau menyakiti diri sendiri.
2. Faktor yang menyebabkan gangguan
jiwa
Menurut Stuart dan Sundeen (2008)
penyebab gangguan jiwa dibedakan atas :
a. Faktor biologis
1. Keturunan : keturanan di tunjang
dengan faktor keturunan yang tidak sehat.
2. Jasmaniah : beberapa peneliti
berpendapat bentuk tubuh seseorag berhubungan dengan gangguan jiwa, misalnya
tubuh gemuk menderita manik depresi, yang kurus jenderung menjadi skizofrenia.
3. Tempramen : orang yang terlalu peka
atau sensitif, biasanya mempunyai masalah kejiwaan dan cenderung mengalami
ganggaun jiwa
4. Penyakit dan cedera tubuh :
misalnya seperti jantung dan kangker menyebabkan orang merasa murung dan sedih.
Demikian pula cedera atau cacat menyebakan rasa rendah diri.
b. Anxietas dan ketakutan
1. Kekhawatiran pada suatu hal dan
perasaan yang tidak menentu akan sesuatu hal menyebabkan individu merasa terancam,
ketakutan hingga terkadang mempersepsikan dirinya terancam.
c. Faktor biologis
Pengalaman prestasi, kegagalan dan keberhasilan yang di alami akan
mempengaruhi sikap kebiasan dan sikapnya. Pemberian kasih sayang orang tua yang
dingin, acuh tak acuh, kaku, dan keras akan menimbulkan rasa cemas, dan
tekanan, serta memiliki kepribadian yang bersifat menolak dan menentang
terhadap lingkungan.
d. Faktor sosio kultural
1.) Penyebab primer
(primary cause)
Kondisi yang
secara langsung menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, atau kondisi yang tanpa
kehadirannya suatu gangguan jiwa tidak akan muncul..
2.)
Penyebab yang pencetus (precipatating cause)
Ketegangan-ketegangan
atau kejadian-kejadian traumatik yang langsung dapat menyebabkan gangguan jiwa atau
mencetuskan gangguan jiwa.
3.)
Penyebab menguatkan (reinforcing cause)
Kondisi yang
cenderung mempertahankan atau mempengaruhi tingkah laku maladaptif yang
terjadi.
5.
Multiple cause
Serangkaian
faktor penyebab yang kompleks serta saling mempengaruhi. Dalam kenyataannya,
suatu gangguan jiwa jarang disebabkan oleh satu penyebab tunggal, bukan sebagai
hubungan sebab akibat, melainkan saling mempengaruhi antara satu faktor
penyebab dengan penyebab lainnya.
e.
Faktor Presipitasi
Faktor stressor presipitasi
mempengaruhi dalam kejiwaan seseorang. Sebagai faktor stimulus dimana setiap
individu mempersepsikan dirinya melawan tantangan, ancaman, atau tuntutan untuk
koping. Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi
dimana individu tidak mampu menyesuaikan. Lingkungan dapat mempengaruhi konsep
diri dan komponennya. Lingkungan dan stressor yang dapat mempengaruhi gambaran
diri dan hilangnya bagian badan, tindakan operasi, proses patologi penyakit,
perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang, dan prosedur
tindakan serta pengobatan Stuart & Sundeen (2008).
B.
Klasifikasi
·
F00
– F09 = GANGGUAN MENTAL ORGANIK
F00 – DEMENSIA PADA PENYAKIT ALZHAIMER
F00.0
=
dimensi pada penyakit Alzaimer dengan onset dini
F00.1 = dimensia
pada penyakit alzaimer dengan onset lambat
F00.2
= dimensia pada penyakit alzaimer
tipe tak khas atau tipe campuran
F00.9 =
dimensia pada penyakit alzaimer. YTT
F01
– DEMENSIA VASKULAR
F01.0 = Demensia vaskuler onset akut
F01.1 = Demensia multi-infark
F01.2 = Demensia vaskular subkortikal
F01.3 = Demensia vaskular camp[uran
kortikal dan subkortikal
F01.8 = Demensia vaskular lainnya
F01.9 = Demensia vaskular YTT
F02
– DEMENSIA PADA PENYKIT LAIN YDK
F02.0 = Demensia pada penyakit pick
F02.1 = Demensia pada penyakit creutzfeldt-jakob
F02.2 = Demensia pada penyakit
huntington
F02.3 = Demensia pada penyakit
parkinson
F02.4 =Dimensia pada penyakit human
immundeficiency virus (HIV)
F02.8 = Dimensia pada penyakit lain YDT YDK
F03
– DIMENSIA YTT
Karakter kelima dapat digunakan
untuk menentukan dimensia pada F00 – F03 sebagai berikut :
.x0
tanpa gejala tambahan
.x1
gejala lain, terutama waham
.x2
gejala lain, terutama halusinasi
.x4
gejala campuran lain
Dimensia
:
Dimensia
merupakan suatu sindrom akibat penyakit otak, biasanya bersifat kronik atau
progresif serta terdapat gengguan fungsi luhur ( fungsi kortikal yang multipel)
termasuk daya ingat, daya fikir, daya orientasi, daya pemahaman, berhitung, kemampuan
belajar, berbahsa, dan daya kemampuan menilai. Kesadaran tidak terkabut.
Biasanya disertai hendaya fungsi kognitif dan ada kalanya di awali oleh kemerosotan
(deterioration ) dalam pengendalian emosi, perilaku sosial, atau motivasi
sindrom ini terjadi pada penyakit alzheimer, pada penyakit serebvrovaskuler,
dan pada kondisi lain yang secara primer atau sekunder mengenai otak.
Dimensia
menimbulkan penurunan yang cukup besar dalam fungsi intelektual, dan biasanya menggangu kegiatan seseorang dalam kehidupan
sehari-hari, seperti mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air kecil
dan besar. Manifestasi dari penuruan kemampuan ini kebanyakan bergantung pada
lingkungan sosial dan budaya pasien.
Pedoman Diagnositik
Syarat
utama untuk penegakan diagnosis ialah bukti adanya penurunan kemampuan, baik
daya ingat maupun daya pikir seseorang sehingga menggangu kegiatan
sehari-sehari seperti telah disebutkan diatas. Hendaya daya ingat secara khas
mempengaruhi proses registrasi, penyimpanan, dan memperoleh kembali informasi
baru, tetapi ingatan yang biasa dan sudah dipelajari sebelumnya dapat juga
hilang, khususnya dalam stadium akhir. Dimensia merupakan suatu keadaan yang
lebih berat dari dismensia; juga
terdapat hendaya daya fikir dan kemampuan daya nalar (reasoning), dan
berkurangnya alur gagasan. Pemahaman informasi yang baru terganggu, karenanya
ia merasa makin sukar untuk memberi perhatian lebih dari satu rangsangan
padasaat yang sama, seperti ikut serta dalam percakapan dengan beberapa orang,
dan berpindah fokus perhatian dari satu topik ke topik yang lain bila dimensia
merupakan satu-satuanya diagnosis, harus terbukti tidak adanya gangguan
kesadaran.
Namun diagnosis ganda seperti delirium yang bertumpang tindih dengan dimensia
sering ditemukan (f05.1) gejala dan hendayanya di atas harus sudah nyata untuk setidak-tidaknya 6 bulan bila
ingin membuat diagnosis dimensia yang mantap.
F04–SINDROM
AMNESIK ORGANIK BUKAN AKIBAT ALKOHOL dan ZAT PSIKOAKTIF LAINNYA
Pedoman Diagnostikt
§
Adanya
hendaya daya ingat, berupa berkurangnya daya ingat jangka pendek (lemahnya
kemampuan belajar materi baru), amnesia amtegrat dan retrograd, dan menurunnya
kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan pengalaman telah lalu dalam urutan
terbalik menurut kejadiannya.
§
Riwayat
atau bukti nyata adanya cidera, atau penyakit, pada otak (terutama bila
mengenai struktur diensefalon dan temporal medial secara bilateral)
§
Tidak
berkurangnya daya ingat segera (immediate recall), misalnya di uji untuk
mengingat deret angka, tidak ada gangguan perhatian (attention) dan kesadaran
(conscioussness), dan tidak ada hendaya intlektual secara umum.
Diagnosis banding : - sindrom organik dengan hendaya
daya ingat yang menonjol (F00-F03, F05)
-
Amnesia
disosiatif (F44.0)
-
Hendaya
daya ingat akibat gangguan defresif (F30-F39)
-
Berpura-pura
(malingering) dengan menampilkan keluhan hilangnya daya ingat (Z76.5)
-
Sindrom
amnestik akibat alkohol (korsakov) (F10.6)
F05
– DELIRIUM BUKAN AKIBAT ALKOHOL dan ZAT PSIKOAKTIF LAINNYA
Pedoman diagnostik
·
Gangguan
kesadaran dan perhatian
-
Dari
taraf kesadaran berkabut sampai dengan koma;
-
Menurunnya
kemampuan untuk mengarahkan, memusatkan, mempertahankan, dan mengalih
perhatian;
·
Gangguan
kognitif secara umum
-
Distorsi
persepsi, ilusi dan halusinasi-seringkali visual;
-
Hendaya
daya pikir dan pengertian abstrak, dengan atau tanpa waham yang bersifat
sementar, tetapi sangat khas terdapat inkoherensi yang ringan;
-
Hendaya
daya ingat segera dan jangka pendek, namun daya ingat jangka panjang relatif
masih utuh
-
Disorientasi
waktu, pada kasus yang berat, terdapat juga disoriensasi tempat dan orang;
·
Gangguan
psikomotor
-
Hipo-
atau hiperaktivitas dan pengalihan aktivitas yang tidak terduga dari satu ke
yang lain
-
Waktu
breaksi yang lebih panjang
-
Arus
pembicaraan yang bertambah atau berkurang
-
Reaksi
terperanjat meningkat
·
Gangguan
siklus tidur-bangun
-
Insomnia
atau, pada kasus yang berat, tidak dapat tidur sama sekali atau terbaliknya
siklus tidur-bangun; mengantuk pada siang hari
-
Gejala
yang memburuk pada malam hari
-
Mimpi
yang mengganggu atau mimpi buruk, yang dapat berlanjut menjadi halusinasi
setelah bangun tidur
·
Gangguan
emosional
-
Misalnya
depresi, anxietas atau takut, lekas marah, euforia, apatis, atau rasa
kehilangan akal
·
Onset
biasanya cepat, perjalanan penyakitnya hilang timbul sepanjang hari, dan
keadaan itu berlangsung kurang dari 6 bulan.
F05.0 = Delirium, tak bertumpang tindih
dengan demensia
Ø
delirium
yang tidak bertumpang tindih dengan demensia yang sudah ada sebelumnya
F05.1 = Delirium, bertumpang tindih
dengan Demensia
Ø
kondisi
yang memenuhi kriteria delirium diatas tetapi terjadi pada saat sudah ada
demensia
F.05.8 = Delirium lainnya
F.05.9 = Delirium YTT
F06-
GANGGUAN MENTAL LAINNYA AKIBAT KERUSAKAN dan DISFUNGSI OTAK dan PENYAKIT FISIK
Pedoman diagnostik
·
adanya
penyakit, kerusakan atau disfungsi otak, atau penyakit fisik sistematik yang
diketahui berhubungan dengan salah satu sindrom mental yang tercantum
·
adanya
hubungan waktu (dalam beberapa minggu atau bulan) antara perkembangan penyakit
yang mendasari dengan timbulnya sindrom mental
·
kesembuhan
dari gangguan mental setelah perbaikan atau dihilangkannya penyebab yang
mendasarinya
·
tidak
adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternatif dari sindrom mental ini
(seperti pengaruh yang kuat dari riwayat keluarga atau pengaruh stres sebagai
pencetus)
F.06.0= Halusinosis organik
Pedoman
diagnostik
·
kriteria
umum tersebut diatas (F06)
·
adanya
halusinasi dalam segala bentuk (biasanya visual atau auditorik), yang menetap
atau berulang
·
kesadaran
yang jernih (tidak berkabut)
·
tidak
ada penurunan fungsi intlek yang bermakna
·
tidak
ada gangguan afektif yang menonjol
·
tidak
jelas adanya waham (seringkali “insight” masih utuh)
F.06.1 = Gangguan katatonik organik
Pedoman Diagnostik
·
kriteria
umum tersebut diatas (F06)
·
disertai
salah satu dibawah ini:
a) stupor (berkurang atau hilang sama
sekali gerakan me, dan posisi tubuh yang kaku)
b) gaduh gelisah (hipermotilitas yang
kasar dengan atau tanpa kecendrungan untuk menyerang)
c) kedua-duanya (silih berganti secara
cepat dan tak terduga dari hipo- ke hiper-aktivitas)
F.06.2 = Gangguan waham organik
(lir-skizofernia)
Pedoman diagnosis
·
kriteria
umum tersebut diatas (F06)
·
disertai
: waham yang menetap atau berulang (waham kejar, tubuh yang berubah, cemburu,
penyakit, atau kematian dirinya atau orang lain)
·
halusinasi,
gangguan proses pikir, atau fenomena katatonik tersendiri, mungkin ada
·
kesadaran
dan daya ingat tidak terganggu.
F.06.3 = Gangguan Afektif Organik
Pedoman Diagnostik
·
kriteria
umum tersebut diatas (F06)
·
Disertai
kondisi yang sesuai dengan salah satu diagnosis dari gangguan yang tercantum
dalam F30-F33
F.07.3=
Gangguan suasana perasaan (mood afektif) organik
.30 Gangguan
manik organik
.31 Gangguan bipolar organik
.32 Ganguan depresif organik
.33 Ganguan
afektif organik campuran
F06.4 = Ganguan cemas (anxietas) organik
·
gangguan
yang ditandai oleh gambaran utama dari gangguan cemas menyeluruh (F41.1),
Gangguan panik (F41.0), atau campuran dari keduanya, tetapi timbul sebagai
akibat gangguan organik yang dapat menyebabkan disfungsi otak (seperti
epilepsilobus temporalis, tirotoksikosis, atau feokromositoma)
F06.5 = Gangguan disosiatif organik
·
gangguan
yang memenuhi persyaratan untuk salah satu gangguan dalam gangguan dalam
gangguan disosiatif (F44-) dan memenuhi kriteria umum untuk penyebab organik.
F06.6 = Gangguan astenik organik
·
gangguan
yang di tandai oleh labilitas atau tidak terkendalinya emosi yang nyata dan
menetap, kelelahan, atau berbagai sensasi fisik yang tidak nyaman (seperti
pusing) dan nyeri, sebagai akibat adanya gangguan organik (sering terjadi dalam
hubungan dengan penyakit serebrovaskuler atau hipertensi
F06.7 =
Gangguan kognitif ringan
·
gambaran
utamanya adalah turunnya penampilan kognitif (termasuk hedaya daya ingat, daya
belajar, sulit berkonsentrasi), tidak sampai memenuhi diagnosis demensia
(F00-F03), Sindrom amnestik organik (F04), atau delirium (F05)
·
Gangguan
ini dapat mendahului, menyertai, atau mengikuti berbagai macam gangguan infeksi
dan gangguan fisik, baik serebral maupun sistematik.
F06.8
= Gangguan mental lain YDK akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik
·
Contohnya
ialah keadaan suasana perasaan (mood) abnormal yang terjadi ketika dalam
pengobatan dengan steroida atau obat antidepresi
·
Termasuk
: epileptik YTT
F06.9
= Gangguan mental YTT akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik
F07 – GANGGUAN KEPRIBADIAN dan
PERILAKU AKIBAT PENYAKIT,KERUSAKAN, dan
DISFUNGSI OTAK
F.07.0
gangguan kepribadian organik
Pedoman Diagnostik
·
Riwayat
yang jelas atau lebih, hasil pemeriksaan yang mantap menunjukkan adanya
penyakit, kerusakan, atau disfungsi otak
·
Disertai,
dua atau lebih, gambaran berikut;
a) Penurunan yang konsisten dalam
kemampuan untuk mempertahankan aktivitas yang bertujuan (goal-di-rected
activities), tertutama yang memakan waktu lebih lama dan penundaan kepuasan
b) Perubahan perilaku emosional,
ditandai oleh labilitas emosional, kegembiraan yang dangkal dan tak beralasan
(euforia, kejenakaan yang tidak sepadan), mudah berubah menjadi iritabilitas
atau cetusan amarah dan agresi yang sejenak; pada beberapa keadaan, apati dapat
merupakan gambaran yang menonjol
c) Pengungkapan kebutuhan dan
keinginan tanpa mempertimbangkan konsekuensi atau kelaziman sosial (pasien
mungkin terlibat dalam tindakan disosial, seperti mencuri, bertindak melampaui
batas kesopanan seksual, atau makan secara lahap atau tidak sopan, kurang
memperhatikan kebersihan dirinya
d) Gangguan proses berpikir, dalam
bentuk curiga atau pikiran paranoid, dan/atau preopukasi berlebihan pada satu
tema yang biasanya abstrak (seperti soal agama, “benar” dan “salah”)
e) Kecepatan dan arus pembicaraan
berubah dengan nyata, dengan gambaran seperti berputar-putar
(sicumstantiality), bicara banyak (over-inclusiveness),alot (viscosity), dan
hypergrafia;
f) Perilaku seksual yang berubah
(hiposeksualitas atau perubahan selera seksual).
F.07.1
Sindrom pasca-ensefalitik
·
Sindrom
ini mecangkup perubahan prilaku sisa(residu) setelah kesembuhan dari suatu
esevalitis virus atau bakteri.
·
Gejala
tidak khas dan berbeda dari suatu orang ke oranag lain. Dari suatu penyebab
infeksi ke penyebab infeksi lainnya,dan yang pasti berkaitan dengan usia pasien
pada saat kena infeksi.
·
Sindrom
ini terjadi sesudah trauma kepala (biasanya cukup hebat sampai berakibat
hilangnya kesadaran) dan termasuk beberapa gejala yang beragam seperti nyeri
kepala, pusing, (tidak seperti gambaran vertigo yang asli), kelelahan, iritabilitas,
sulit berkonsentrasi dan melakukan sesuatu tugas mental, hendaya daya ingat, insomniak,
menurunnya toleransi terhadap stres, gejalak emosional, atau terlibat alkohol.
F.07.2 Sindrom pasca-kontusio
F.07.8 gangguan kepribadian dan
perilaku organik lain akibat penyakit, kerusakan dan disfungsi otak
·
Sindrom
tertentu dan terduga dari perubahan kepribadian dan prilaku akibat kerusakan, penyakit
dan disfungsi otak, di luar yang telah di cantumkan pada F07.0-F07.2;dan
kondisi dengan taraf hendaya fungsi kognitif ringan yang belum sampai demensia
dengan gangguan mental progresif seperti penyakit Alzaimer, Parkingson, dsb.
F.07.9
Gangguan kepribadian dan perilaku organik YTT akibat penyakit, kerusakan
disfungsi otak
F09
GANGGUAN MENTAL ORGANIiK ATAU SIMTOMATIK YTT








Tidak ada komentar:
Posting Komentar